
Ratusam peziarah tampak serius memanjatkan doa-doa di Masjid Keramat Luar Batang, di Jalan Luar Batang V RT 004, RW 003 No. 1 Perkampungan Luar Batang, Kelurahan Ancol, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Hampir setiap hari, Masjid ini dikunjungi peziarah dari berbagai penjuru tanah air.
Selama ini masjid Luar batang memang tidak bisa dipisahkan dari sejarah kota Jakarta. Masjid itu, menjadi bagian dari penyebaran agama Islam di Ibu Kota.
Dalam Masjid Keramat itu terdapat dua makam ulama besar, Al-Habib Husein Bin Abubakar Bin Abdillah Al 'Aydrus, dan makam Haji Abdul Khadir, seorang murid Habib Husein yang merupakan keturunan Tionghoa.

Nama masjid luar Batang sendiri diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang. Ia dijuluki demikian karena konon ketika Habib Husein meninggal dan hendak dikuburkan, tiba-tiba jenazahnya sudah tidak ada di dalam "kurung batang" alias keranda.
"Habib Husein ingin dimakamkan di Tarim, Hadromaut,Yaman. Sampai di sana saat ingin dikuburkan mayatnya tidak ada. Dapat kabar jenazahnya Habib Husein ada di dalam kamarnya, yang sekarang jadi makamnya di komplek masjid ini," ujar cucu Habib Husein, Habieb Muhammad Bin Husein Alaydrus.

Bentuk makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus beserta muridnya tidaklah berubah sampai saat ini. Hanya saja, pada bagian luar makam di beri pembatas kayu berukir sebanyak tiga lapis. Pembatas kayu ukir-ukiran yang terbuat dari kayu jati ini baru dipasang sekira tahun 1996.
"Dulu Masjid dinamai An-Nur karena ada suatu kejadian. Karena masyarakat menyebut Habib keluar dari kurung batang, maka dikeramatkan dan nama An - Nur hilang diganti dengan Masjid keramat Luar Batang," tutur pria yang hafal Al-Quran ini.
Masjid tersebut dahulu merupakan sebuah tempat yang hanya menampung beberapa jemaah saja dan dalam kapasitas terbatas. "Bentuk aslinya surau atau Musala baru ada pemugaran diperkirakan dahulu sekira tahun 1939, sampai saat ini di pugar kembali tahun 1997, dan tahap kedua tahun 1999, dan tahap ketiga sampai tahun 2002," ucap pria berumur 60 tahun ini, sambil memberikan wejangan atau nasihat tentang ajaran Islam kepada peziarah yang berdatangan dari luar kota Jakarta.

Kendati demikian, dirinya berharap supaya mendapatkan perhatian yang serius pemerintah, mengingat kondisi masjid ini sudah sangat memperihatinkan. Dan seharusnya bangunan peninggalan sejarah yang terlah dimasukkan ke dalam cagar budaya untuk terus dilestarikan.
"Saya berharap supaya masjid ini ada yang ngurusin, karena sampai sekarang masjid ini baru mempinyai dua menara kurang dua menara lagi," keluhnya sambil tangan kanannya tetap memegang tasbih seraya berzikir.
Masjid ini telah banyak dikunjungi oleh peziarah dari seluruh Indonesia, maupun mancanegara. Mereka datang bukan hanya untuk menunaikan ibadah salat lima waktu dan ada juga yang melantuntan sebuah doa persis di depan makam Habib Husein ini.
"Alhamdulillah ini Wali Allah SWT banyak orang luar rombongan dari Turki ziarah mendoakan ke makam ini. Kalau dari Indonesia almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Soekarno dan pejabat yang terdahulu semasa jayanya Indonesia dulu," ungkap pria yang sudah tidak dapat mendengar begitu jelas.

Masjid ini tidak pernah sepi akan aktivitas keagamaan, hampir setiap pekan masjid ini di isi oleh acara pengajian. "Minggu pertama awal bulan Hijriah ada kegiatan Zikir dan Istighasah, setiap malam Minggu ada pengajian jamaah, setiap malam Jumat Kliwon dari Majelis Taklim yang dipimpin oleh Habib Mustofa Alaydrus," terangnya.
Selain itu, di setiap sudut masjid ini, terdapat sebuah sumur tua yang kerap digunakan oleh sang habib untuk memanjatkan doa. "Habib ini punya kebiasaan beliau setiap pagi dan sore selalu berdoa di situ," kata dia sembari memperlihatkan sumur tersebut.

Pada saat memasuki hari Jumat, para jamaah dari luar kota maupun warga sekitar memadati masjid yang mempunyai luas tanah berserta bangunan sekira 3500 meter persegi ini untuk menunaikan ibadah salat Jumat.

Para lansia maupun anak-anak memenuhi setiap sudut masjid dengan harapan mendapatkan sedikit sedekah dari para jemaah.

Usai salat Jumat, para jemaah disibukkan dengan lantunan ayat suci Alquran di sebuah pendopo dengan dua buah makam yang dibatasi sebuah gorden warna hijau bertuliskan lafadz Allah dan tulisan arab gundul.
===========================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar